Setelah meninggal, manusia akan reinkarnasi atau jadi 'arwah'?


Sumberberita6 - Banyak sekali usaha manusia dalam menegaskan diri bahwa 'roh' maupun 'arwah' itu ada. Berbagai tayangan televisi pun sering mengeksploitasi keingintahuan manusia terhadap hal tersebut dan akhirnya membuat manusia makin percaya kalau 'roh' itu ada.

Meski ditolak oleh sains, masyarakat modern yang percaya adanya hantu berpendapat bahwa sains hanya belum bisa membuktikan dan hal tersebut sama sekali tak membuktikan bahwa hantu itu tak ada. Para pemercaya hantu, lebih memilih percaya bahwa hantu bisa dijelaskan oleh bidang ilmu fisika modern.

Di awal, sains menjelaskan konsep adanya arwah itu hanyalah ilusi bermula dari manusia yang secara kultur didesain untuk percaya adanya roh. Hal ini dikarenakan gagasan tentang kematian itu terlalu 'gelap' untuk dipercaya oleh masyarakat. Oleh karena itu berbagai budaya selalu punya versi tentang kehidupan setelah meninggal. Jadi secara psikologis, seseorang akan cenderung mempercayai konsep roh atau arwah, ketimbang menolaknya.

Dunia sains pun akhirnya punya pandangan yang bertolak belakang, dengan menyebut fisika modern bisa menyebutkan penjelasan ilmiah tentang arwah. Menurut teori fisika modern, energi di alam semesta ini adalah hal yang konstan dan hal tersebut tak bisa diciptakan maupun dihancurkan. Jadi apa yang terjadi ketika seseorang mati, energi seseorang harusnya bertransformasi ke bentuk energi lain. Harusnya bentuk energi baru ini bisa disebut 'arwah.'

Namun hal ini buru-buru dibantah oleh munculnya berbagai pemikiran lain soal transformasi energi. hal tersebut berupa energi yang berada dalam tubuh seseorang itu sebenarnya memang ditransformasikan, namun dalam bentuk panas. Energi panas ini dilepaskan ke lingkungan tempat seseorang dikebumikan. Sehingga energi ditransfer ke hewan atau bakteri yang memakan tubuh manusia, serta tumbuhan yang menyerap berbagai hal di 'jasad' seseorang yang berguna bagi tumbuhan tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa arwah pun sebenarnya tidak ada.

Bagaimana dengan reinkarnasi yang dipercaya oleh berbagai penganut agama tertentu? Untungnya, sains juga melakukan percobaan akan hal ini, dan justru belum menemukan jawaban.

Dalam agama Buddha dikenal konsep reinkarnasi yang percaya seseorang akan hidup kembali di jiwa yang lain setelah meninggal. Budaya barat yang sama sekali tak mengenal konsep semacam ini, mencoba menalarkan dengan kajian ilmiah.

Seorang psikiater dari University of Virginia bernama Jim Tucker, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencari data tentang anak-anak yang mengklaim diri memiliki kehidupan masa lalu. Dengan mengolah berbagai data dengan metodologi yang sangat baik, Jim mendapat sebuah pola dari data yang dia kumpulkan.

Data dari Jim menunjukkan bahwa hanya anak berumur 2 hingga 6 tahun yang menyadari bahwa ia memiliki kehidupan masa lalu, dan rata-rata kematian kehidupan masa lalunya di umur 28 tahun, di mana 70 persennya meninggal dengan kekerasan atau tidak biasa. Meski ada pola yang ditemukan, hal ini tak membuktikan apa-apa tentang eksisnya reinkarnasi secara ilmiah.

Selain dari penelitian ini, sebuah teori dijabarkan dari aspek fisika kuantum. Dari fisika kuantum, kehidupan itu berasal dari kesadaran yang membentuk material, bukan sebaliknya. Jika teori ini benar, sebuah kesadaran tentu tak butuh tubuh atau otak secara fisik untuk hidup. Meski demikian, hal ini tak membuat reinkarnasi jadi ada secara ilmiah.

Jadi, ke mana kita pergi setelah meninggal? Untuk menjawab ini, lebih baik tidak bertanya kepada berbagai kajian ilmiah, namun lebih baik ikuti apa yang jadi kepercayaan Anda masing-masing.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar